Rabu, 13 Juni 2012

REVIEW BUKU 25 KIAT MEMPENGARUHI JIWA DAN AKAL ANAK (PSIKOLOGI KELUARGA)



I. Resume Buku Dan Teori
A. Bersahabatlah dengan anak dan jadilah teladan
     Sikap bersahabat dengan anak mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi jiwanya. Perilaku seseorang akan menjadi cermin bagi sahabatnya. Rasulullah saw. biasa menemani anak anak dalam banyak kesempatan. orang tua harus menyediakan waktu untuk menemani anak anaknya.
     Anak-anak juga perlu dicarikan teman sebaya. Jika orang tua pandai memilihkan teman yang saleh untuk anak-anaknya dan mengawasi perilaku mereka serta membimbingnya, maka hal itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Faktor keteladanan juga mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa anak. Sebab biasanya anak akan meniru kedua orang tuanya. Bahkan kedua orang tuanya akan mencetak perilaku paling kuat. Imam Ahmad Bin Hanbal meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, semoga Allah meridhainya-bahwa Nabi saw. Bersabda: "Barang siapa mengatakan kepada anaknya, 'Kemarilah aku beri sesuatu', tapi tidak memberinya maka itu merupakan kebohongan."
     Anak-anak akan meniru perilaku orang dewasa yang mereka amati. Jika mereka mendapatkan kedua orang tuanya jujur, maka mereka akan tumbuh menjadi orang jujur. Demikian pula dalam hal lainnya. Anak-anak melihat orang dewasa di sekitarnya sebagai sosok ideal. Jadi, ayah dan ibu di rumah atau guru di sekolah, dengan segala perilakunya akan menjadi contoh yang akan ia tiru. Di sinilah arti penting larangan menampakkan sikap kontradikitif di depan anak-anak. Tidak boleh sama sekali, misalnya, mengatakan kepada anak-anak bahwa dusta itu salah dan haram sementara kita berdusta di hadapannya. Atau bahwa kita tidak boleh kotor tapi kemudian mereka melihat kita makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Jadi keteladanan merupakan faktor penting dalam membentuk kesalehan atau kenakalan anak.

Teori : Ida hanif dan Hanifudin, mengatakan peran dan sikap orang tua mempunyai dampak yang signifikan untuk menentukan kepribadian si anak. Misalnya jika orang tua terlalu disiplin menyebabkan pola tingkah laku anaknya yang impulsive/terlalu labil, tidak dapat mengambil keputusan, nakal, dan bersikap suka bermusuhan dan agresif. Sedangkan bagi orang tua yang terlalu melindungi dampaknya bagi anak adalah perasaan tidak aman, dengki, mudah gugup dan lari dari kenyataan, sangat bergantung dan mudah menyerah, kurang bertanggung jawab, dan sulit bergaul. Selain itu egois, sulit bergaul, tidak mampu mengendalikan emosi, dan suka berbuat onar serta bertengkar
Uraian diatas dapat disimpulkan, bahwasannya, peran orang tua baik itu yang bersifat genetic maupun pembinaan sehari-hari sangat mempengaruhi dan menentukan perkembangan dari fungsi jiwa anak

B. Tunaikan hak-hak anak
     Diantara hak paling penting yang wajib kita tunaikan kepada anak adalah memahaminya, berempati kepadanya, dan menasihatinya jika ia melakukan kesalahan. Beliau mengajari kita menerima kebenaran dari anak kecil tanpa rasa angkuh dan merasa turun gengsi.

C. Gembirakan dan hiburlah hatinya
     Kegembiraan memainkan peran yang sangat penting dan berpengaruh kuat dalam jiwa anak. Rosulullah membuat anak-anak gembira dengan cara menyambut dengan hangat, mencium dan bercanda, mengusap kepala, menggendong dan memeluknya, memberikan makanan yang baik, atau makan bersama mereka.
Itu dapat terjadi jika kita memperaktekkan apa yang kita ketahui mengenai cara otak bekerja. Menurut pandangan para ahli, syarat bagi pembelajar yang efektif adalah dengan menghadirkan “lingkungan “ seperti masa kanak-kanak yang mendukung dan menggembirakan.

Teori : seorang ahli psikologi Mihaly Csikszentmihalyi mengatakan bahwa: “konsentrasi mengantarkan otak manusia pada titik optimal, suatu kesadaran yang demikian terfokus sehingga pelakunya menyerap semua kejadian di sekelilingnya”. Ini terjadi ketika seseorang menikmati perasaan yang sangat nyaman tanpa keterpaksaan dan menjalankan kegiatan dengan puncak kemampuannya.
Lebih lanjut ketika Csikszentmihalyi mengatakan selama beberapa tahun pertama kehidupan kehidupan setiap anak adalah “mesin belajar” kecil yang tidak kenal lelah mencoba dan mencoba lagi gerak-gerak baru, kata-kata baru setiap hari. Perhatikanlah dengan seksama, pusatkanlah pada wajah seorang anak tatkala belajar keterampilan baru. Apa yang mereka perlihatkan adalah indikasi bagus dari “ rasa senang”. Dan setiap jenis pembelajaran yang menyenangkan menambah kompleksitas perkembangan diri anak tersebut.

D. Gunakan cara “siapa menang dia dapat”
      Kompetisi akan membangkitkan potensi-potensi terpendam pada manusia secara umum dan lebih pada anak-anak. Kompetisi juga akan memunculkan semangat kebersamaan antar anak-anak, menjauhkan mereka dari sikap individualistic, dan melatih mereka untuk memahami kehidupan.
     Metoda melontarkan pertanyaan merupakan salah satu cara paling baik untuk menarik perhatiannya dalam mendidiknya, terutama jika ingin memunculkan kemampuannya yang terpendam dan membangun semangat bersaing dan kesiapan menghadapi tantangan.
Berdasarkan tahapan perkembangan, di usia 3 atau 4 tahun, anak-anak mulai bermain bersama dalam kelompok, berbicara satu sama lain dan memilih teman bermain.

Teori : Elizabeth B. Hurlock , ahli perkembangan anak, memasukkan persaingan sebagai salah satu pola perilaku situasi sosial pada masa kanak-kanak awal. Ketika Anda melihat si kecil suka berlomba minum susu dengan kakaknya, atau saling membandingkan tinggi badan dengan para sepupu, itu pertanda perkembangan psikologis si kecil anda sehat. Pada masa ini orang tua bertugas mengarahkan anak agar persaingan berlangsung sehat. Artinya, persaingan tanpa campur tangan orang dewasa merupakan bagian dari kegiatan bermain, mendorong anak meningkatkan keterampilan atau kemampuan, dan menempa daya juang anak.

E. Bercengkrama dengan anak dan berilah ia mainan
     Bercanda dan bercengkrama dengan anak akan menumbuhkan jiwanya dan mengungkap apa-apa yang tersembunyi di dalamnya . kita mendapatkan keteladanan pada idri Rasulullah saw. Beliau bercanda dengan Hasan dan Husain. karena permainan bagi anak-anak mempunyai beberapa manfaat dan menanamkan beberapa nilai, di antaranya :
1. Nilai fisik. Permainan yang aktif sangat penting bagi penumbuhan otot anak . dengan bermain ia akan berlatih keterampilan dalam menemukan dan menghimpun sesuatu.
2. Nilai edukatif . permainan membuka peluang selua-luasnya bagi anak untuk belajar tentang banyak hl melalui alat-alat permainan yang bervariasi. Seperti mengenal bentuk , warna , atau ukuran . dan sering kali dengan permainan itu anak-anak memperoleh pengetahuan yang tidak mungkin diperoleh dari sumber lain.
3. Nilai sosial. Dengan bermain anak belajar membangun hubungan social dengan orang lain dan bagaimana cara sukses bergaul dengan mereka dengan permainan kolektif ia juga dapat belajar bagaimana member dan menerima.
4. Nilai akhlak. Melalui permainan anak akan mempunyai pemahaman awal tentang benar dan salah. Ia juga akan mengenal beberapa nilai akhlak, dalam bentuk awal, seperti keadilan,kejujuran, amanah, disiplin, dan sportifitas.
5. Nilai kreatifitas. Dengan permainan ia dapat mengungkapkan kemampuan kreatifitasnya dan mempraktikan gagasan-gagasan yang dimilikinya
6. Nilai kepribadian. Si anak , melalui permainan akan mampu menemukan banyak hal tentang dirinya . ia dapat mengukur kemampuan dan keterampilannya melalui interaksinya dengan teman-temannya . ia juga belajar dari problem-problem yang dihadapinya itu bagaimana ia dapat menghadapinya .
7. Nilai solutif. Dengan permainan, anak akan keluar dari keterangan yang muncul akibat banyaknya ikatan yang dipaksakan kepadanya makanya kita sering menyaksikan anak-anak yang berlatarbelakang keluarga yang terlalu banyak ikatan, perintah, dan larangan , bermain lebih agresif dibandingkan anak lainnya . bermain juga merupakan salah satu sarana yang baik untuk mencairkan permusuhan.

Teori : Papalia (1995), seorang ahli perkembangan manusia dalam bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.
      Begitupun Jean Piaget mengatakan bahwa “Bagi anak bermain adalah sarana mengubah kekuatan potensial dalam diri menjadi pelbagai kemampuan dan kecakapan. Bermain adalah sarana utama untuk belajar hukum alam, hubungan antara orang dan obyek”
     Teori attachment diusulkan oleh Bowlby (1969), bahwa orientasi anak terhadap pengasuh didasarkan pada "motif ketergantungan". Ketika anak menyelesaikan tugas perkembangan  dan terlibat dalam hubungan antara ibu dan anak, anak juga mulai menampilkan selera untuk membangun persahabatan dengan orang lain, membentuk keterampilan sosial, pengetahuan, dan keyakinan. Ibu dan anggota keluarga lain memainkan peran penting dalam  masuknya balita ke dalam hubungan sosial yang lebih luas, gaya komunikatif, membentuk hubungan yang berarti dan berkelanjutan.

F. Gunakan metode “apa yang menghalangimu untuk mengatakannya”
     Motivasi mempunyai peranan besar terhadap jiwa anak dalam mewujudkan kemajuan aktifitas positif yang membangun, dalam menumbuhkan kemampuan dan dalam menyalurkan bakatnya. Motivasi juga akan mendukung kontinuitas kerja dan mendorong anak untuk maju. Hadits Rasulullah saw., "Siapa yang lebih dulu sampai kepadaku maka ia akan memperoleh itu dan ini," adalah dalil untuk itu.

G. Tumbuhkanlah rasa percaya diri
1. Memperkuat kemauan anak
2. Menumbuhkan kepercayaan social
     Ketika anak bergaul dengan orang dewasa dan berkumpul dengan teman-teman sebaya maka akan tumbuh rasa kepercayaan sosialnya. Ini yang kita tangkap dari kesertaan para sahabat terhadap anak-anaknya. Anak-anak mereka biasa menghadiri majlis Rasulullah saw. karena orangtua mereka mengajaknya. 'Umar Bin Khaththab menemani anaknya datang ke majlis Rasulullah saw.
3. Menumbuhkan kepercayaan ilmiah
     Ini dicapai dengan cara mengajarinya al-Qur'an, Sunnah, dan sirah Nabi saw. yang agung. Kelak anak akan tumbuh dengan membawa ilmu yang luas. Maka tumbuhlah kepercayaan ilmiah dalam dirinya karena ia memiliki hakikat-hakikat ilmu yang jauh dari khurafat dan dongeng-dongeng. Sebaiknya anak dimotivasi untuk menghafal dengan diberi hadiah.
4. Menumbuhkan kepercayaan ekonomi dan bisnis
      Hal itu dapat diwujudkan dengan membiasakan anak berjual-beli, berjalan di pasar dengan disertai orangtuanya untuk memenuhi keperluan mereka.
Dan akhirnya saya ingin mengingatkan Anda tentang beberapa cara yang salah yang oleh para ahli pendidikan dinilai dapat menyebabkan anak kurang percaya diri, yakni: 
a. Cara mendidik dengan mengandalkan bentakan dan pukulan
b. Dominasi orangtua yang tidak memberikan keleluasaan bagi anak untuk berfikir dan bertindak.
c. Tidak mendorong anak untuk mandiri.
d. Tidak mewujudkan suasana psikologis yang membuat anak merasa nyaman, penuh percaya diri, berani, dan tidak dicekam ketakutan.

 Teori : orang tua harus menumbuhkan sikap  Percaya Diri (Self Confidence). Hal ini digunakan untuk meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) anak dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Orang yang tidak percaya diri akan merasa terus menerus jatuh, takut untuk mencoba, merasa ada yang salah dan khawatir.

H. Gunakan metoda “dia anak paling baik”
     Pujian dapat menyentuh perasaan dan membuatnya segera mengoreksi perbuatan dan perilakunya dengan perasaan lega dan serius. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugestif. Di samping berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.

I. Memotivasi untuk Kebajikan dan Memperingatkan Bahaya Keburukan
     Motivasi dan memperingatkan adalah termasuk kiat alami yang tidak mungkin ditinggalkan oleh seorang pendidik. Anak didik perlu mengetahui akibat dari tingkah laku yang baik maupun yang buruk. Seorang pendidik tidak boleh hanya mengandalkan ancaman dengan memperbanyak bicara tentang murka Allah, siksaNya. Sebaiknya adalah sebagaimana yang ditetapkan dalam manhaj rabbani: Al-Quran dan As-Sunnah...selalu disandingkan antara ridha dan marah, kenikmatan dan siksaan.

J. Biasakan Kebajikan karena Kebajikan adalah Kebiasaan
     Pembiasaan adalah salah satu metoda pendidikan, yaitu membiasakan anak untuk hal-hal tertentu hingga menjadi kebiasaan yang mendarah daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi. Misalnya membiasakan anak shalat sejak usia dini.
     Pendidikan agama Islam mempunyai peran yang cukup penting. Oleh karenanya untuk membentuk kepribadian muslim tersebut diperlukan suatu tahapan, di antaranya dengan membentuk kebiasaan serta latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun, sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.

K.  Perhatikanlah Kecenderungannya
     Diantara metoda efektif pada banyak situasi tidak selalu memenuhi kecenderungan anak dan membuatnya puas. Sehingga orangtua harus memperhatikan kecenderungan yang dimiliki anak.

L. Memilih waktu yang Tepat untuk Menasihati
     Pemilihan waktu yang tepat mempunya peran signifikan untuk mencapai hasil dalam mengarahkan anak pada apa yang diinginkan orangtuanya dan dalam mengajarinya tentang apa yang dicintainya :
a. Saat rekreasi, dalam perjalanan, diatas kendaraan
     Hadist Ibnu Abbas yang di riwayatkan At-Tirmidzi, mengatakan, "Aku berada di belakang Rasulullah saw pada suatu hari. Lalu ia mengatakan, "Wahai anakku....
Menunjukkan bahwa nasehat Nabu saw itu dilakukan dalam perjalanan saat mereka berdua.

b. Saat Makan

c. Waktu sakit
     Sakit akan melunakkan hati orang dewasa yang keras aplagi anak-anak yang memang masih penuh kelembutan dan mempunyai kesiapan untuk merespon.

M. Bertahap dalam Menyampaikan Nasihat, Tugas, dan Perintah
     Jika seseorang tergesa-gesa dalam menuntut ilmu, niscaya dia justru akan kehilangan seluruhnya, karena ilmu didapat seiring dengan berjalannya siang dan malam, setahap demi setahap dengan penuh kesabaran, bukan sekali dua kali duduk di manjelis atau sekali dua kali baca. Begitupun orangtua mengajari anak. Harus perlahan dan bertahap.

N. Berbicara Terus-terang dan tidak Bertele-tele
     Dalam hadist riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Abbas mengatakan, " Suatu hari aku berada di belakang Rasulullah saw lalu beliau berkata kepadaku, "Nak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kata. "Jadilah Rasulullah saw berbicarla langsung pada topik yang ingin disampaikan.

teori : menurut Dr. Kartini Kartono Kejujuran merupakan perpaduan antara keteguhan watak, sehat dalam prinsip-prinsip moral, tabiat suka akan kebenaran, tulus hati dan perasaan halus mengenai etika keadilan dan kebenaran.

O. Berbicara sesuai dengan Tingkat Intelektualitasnya
     Rosulullah berkomunikasi dengan anak-anak sesuai dengan bahasa yang dipahami oleh anak tersebut. Sehingga anak-anak mudah memahami dan tidak merasa kesulitan menerimanya.  seperti pada saat perang Badar. Para sahabat menangkap seorang gembala dari orang Quraisy. Mereka menanyainya tentang jumlah pasukan Quraisy. Ternyata anak itu tidak menjawab dengan baik lalu para sahbt memukulnya. Hingga datnglah Rasulullah saw. Beliau bertanya, "Berapa ekor unta yang mereka sembelih?" Si anak itu menjawab, "sekitar sembilan atau sepuluh ekor". Maka Rasulullah saw bersabda, "Berarti jumlah mereka sekitar sembilan ratus atau seribu orang". Rasullah saw memahami bahwa si gembala tidak mengetahui hitungan ribuan. Tingkat kemampuan akalnya hanya mencapai angka puluhan.


P. Gunakanlah Metoda: "Apakah Kendalamu, Nak?"
     Dialog yang tenang akan menumbuhkan kemampuan akal, memperluas wawasan, dan merangsang aktifitas akal anak untuk memahami realitas kehidupan. Melatih anak berdiskusi dan berdialog akan membawa orangtua pada hasil yang mencengangkan.

Q. Latih, latih dan Latih
     Rasulullah saw melihat seorang anak sedang menguliti kambing. Tapi ia belum bisa melakukannya dengan baik. Maka Rasulullah saw menyingsingkan lengan bajunya seraya mengatakan, "Beginilah caranya." Lalu beliau memasukkan tangannya antara kulit dan darah hingga sampai ke bagian ketiaknya,...(Riwayat Abu Dawud dari Abu Sa'id Al-Khudri)
Pelatihan semacam ini akan membuat anak terbuka pikirannya dan bertambah wawasan. Agar latihan yang kita lakukan sukses, maka perhatikan hal-hal berikut:
1. Memberi tugas sesuai dengan jenis kelamin
2. Memberi tugas sesuai dengan usianya
3. Bertahap dalam melatih
4. Tidak mencercanya jika salah
5. Memantaunya di awal pemberian tugas
6. Tidak menugaskan sesuatu pada waktu yang tidak tepat
7. Tidak berlebihan dalam memberi motivasi

R. Menuntun Anak kepada Sosok Rasulullah saw sebagai Teladan
1. menjelaskan keutamaan Rasulullah saw bagiumat Islam dengan cara sesuai dengan nalar anak
2. Mengajarinya shalawat atas Nabi saw saat mendengar namanya disebut
3. menceritakan siroh Rasulullah saw dengan cara menarik dan berkesan
4. Membiasakan perilaku yang biasa dipraktikkan oleh Rasulullah saw
5. Membimbing untuk menghapal doa-doa sehari-hari yang biasa diucapkan Rasulllah saw.
     Masa kanak-kanak juga merupakan masa pertumbuhan emosional anak dengan mulai cara belajar mencintai atau membenci sesuatu. Tugas orang tua adalah membangkitkan potensi alamiahnya ini dan mengarah-kannya pada contoh dan teladan kehidupan umat manusia dengan menanamkan rasa cinta kepada Nabi SAWW dan Ahlul Bait a.s. di lubuk hati anak.

S. Mendengar Reflektif
     Penting untuk menyimak secara responsif dan aktif dalam rangka memahami apa yang dikatakan anak dan agar dia mampu mengingat kembali perasaanya serta mampu menjelaskan situasi-situasi yang memunculkan perasaan itu. Ini dimaksudkan untuk :
1. Menghargai perasaannya.
2. Tampakkan bahwa Anda benar-benar menyimak apa yang dikatakannya.
3. Ulangi apa yang dia ucapkan dan ekspresikan bahwa anda sedang memikirkan perasaannya.
4. Rumuskan perasaanya.                                                            
5. Bersikap responsif, berikanlah nasihat dan usulan.

teori : Dr. Spock mengatakan, “Sebagai orang tua hendaknya kita pandai bersikap, sehingga anak tidak merasa bahwa ia dibenci meskipun hanya dengan pandangan mata. Sebab, anak tidak dapat membedakan antara kebencian orang tua atas tindakannya dengan kebencian mereka padanya”. Anak dapat kita sadarkan terhadap kesalahannya dengan cara mengajarkan secara berulang-ulang bahwa apa yang dilakukannya itu tidak disenangi oleh ayah dan ibunya, atau bahkan dibenci oleh masyarakat sekitarnya, meskipun mereka masih dan selalu mencintainya. Setelah itu, kita usahakan untuk melarangnya melakukan perbuatan salah tersebut dan menanamkan kepadanya bahwa cinta dan kasih sayang ayah dan ibu kepadanya akan lebih besar jika ia meninggalkan perbuatan itu.

T. Doakan untuk Kebaikan, bukan Keburukannya


U. Mendidik dengan Kasus
     Mendidik anak untuk patuh dan taat pada orang tua menuntut kesabaran dan keuletan yang tinggi dari mereka berdua dalam membiasakan anak untuk mendengar kata-kata mereka. Anak di usia dini sedang mencari jati diri dan kebebasan, karena itulah kita katakan pekerjaaan ini menuntut keuletan dan kesabaran ekstra dari orang tua. Cara terbaik yang yang harus mereka lakukan dalam membiasakan anak untuk patuh adalah memberinya kasih sayang yang cukup.

V.  Isi waktu luangnya dengan Hal-hal yang Bermanfaat

W. Perbanyak Kegiatan yang Mengembangkan Kecerdasan.
1. permainan
2. cerita dan buku-buku fiksiilmiah
3. lukiasan dan hiasan
4. drama anak-anak
5. kegiatan ektrakulikuler
6. olahraga
7. membaca buku dan perpustakaan
8. hobi dan kegiatan hiburan
9. menghapal Al-Quran

Teori : Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

X. Mendidik dengan Nasihat
      mendidik dan menasehati anak merupakan pesan yang penuh dengan sentuhan kasih sayang dan sarat dengan muatan ideologis serta tersusun berdasarkan skala prioritas dari pesan agar mengesakan Allah dan tidak menmpersekutukannya sampai pada pesan untuk bersikap tawadu’ dan santun yang tercermin dalam cara berjalan dan berbicara.

Y. Gunakan Kisah dalam Menanamkan Nilai dan KeutamaanBottom of Form



II. KESIMPULAN
      Pada buku 25 kiat mempengaruhi jiwa dan akal anak ini membahas terkait hubungan anak dengan orangtua dengan tipe keluarga dua generasi ( two generation) yaitu nuclear family yang terdiri dari suami/ayah, istri/ibu, dan anak baik adopsi maupun biologis. Dalam buku inipun menceritakan tentang pentingnya pengasuhan orangtua terhadap perkembangan anak. 

NAMA : MUCHOLILATUL CHOTIMAH (0911230019)